Dari Like ke Loyalty: Cara Social Media Marketing Mengubah Followers Jadi Pelanggan Setia

Kita semua tahu satu fakta pahit di dunia digital marketing: followers banyak bukan jaminan brand lo sukses.
Berapa banyak akun brand yang punya ratusan ribu followers, tapi engagement-nyakering kayak tanah musim kemarau?
Posting tiap hari, tapi yang komen cuma akun giveaway hunter.
Masalahnya bukan di algoritma, tapi di connection.
Social media bukan cuma tempat buat dapet “like”, tapi tempat buat build relationship yang bisa berujung jadi loyalty.
Dan di era 2025 ini, loyalty is the new currency.
1. Dari “Posting Tiap Hari” ke “Ngomong Setiap Hari”
Banyak brand masih berpikir social mediaitu soal consistency of posting.
Padahal sekarang yang jauh lebih penting adalah consistency of conversation.
Audiens pengen diajak ngobrol, bukan diguyur iklan.
Mereka pengen tahu value lo, bukan cuma promo terbaru.
Makanya, brand yang berhasil bukan yang paling sering posting tapi yang paling sering didengar.
Contoh paling nyata?
Nike.
Mereka nggak cuma jual sepatu. Mereka jual belief.
Lewat campaign “You Can’t Stop Us”, Nike nunjukin kalau brand bisa jadi movement.
Kontennya bukan soal produk, tapi soal semangat manusia.
Dan itu yang bikin audiens mereka bukan cuma followers, tapi fans.
2. Cerita = Magnet Loyalitas
Kalau Nike punya belief, Tokopedia punya relevansi.
Mereka nggak pernah jauh dari cerita kehidupan pengguna mereka. Mulai dari UMKM yang berkembang, sampai kisah lucu di balik transaksi online.
Storytelling mereka ringan, jujur, dan relatable banget buat orang Indonesia.
Setiap kali Tokopedia bikin campaign kayak Waktu Indonesia Belanja (WIB), ada tiga lapisan strategi di baliknya:
- Awareness: campaign besar dengan visual catchy.
- Engagement: konten ringan yang bisa relate sama kebiasaan belanja online.
- Loyalty: program reward yang bikin pengguna ngerasa “gue bagian dari komunitas Tokopedia.”
Di situ rahasianya: loyalty nggak lahir dari diskon, tapi dari cerita yang bikin orang pengen balik lagi.
3. Bangun Komunitas, Bukan Hanya Audience
Followers bisa datang karena konten, tapimereka bertahan karena komunitas.
Itulah kenapa banyak brand sekarang mulai geser fokus dari “reach” ke“relationship.”
Coba deh perhatikan brand-brand yang engagement-nya tinggi.
Mereka nggak cuma ngomong, tapi juga dengerin.
Mereka bikin ruang, entah lewat komentar, live session, atau forum tertutup yangdi mana audiens bisa jadi bagian dari tribe.
Di sinilah social media marketing untuk bisnis berperan besar:
bukan cuma bikin orang kenal brand lo, tapi bikin mereka ngerasa punya bagian di dalamnya.
4. Dari Like → Trust → Loyalty
Perjalanan loyalitas di social media nggak instan.
Ada tiga tahap yang biasanya terjadi:
- Like: audiens tertarik sama visual atau tone komunikasimu.
- Trust: mereka mulai percaya setelah melihat konsistensi, value, dan interaksi yang tulus.
- Loyalty: mereka jadi advocate yang bukan cuma beli, tapi cerita ke orang lain.
Jadi, kalau lo ngerasa konten lo udah keren tapi sales nggak naik, mungkin bukan kontennya yang salah tapi belum ada connection yang dibangun.
5. Insight Buat Brand yang Mau NaikLevel
- Stop ngejar viral. Fokus bikin konten yang relevan dan bisa hidup lama.
- Buat ruang buat ngobrol, bukan cuma ruang buat pamer.
- Gunakan social media bukan sekadar “channel promosi”, tapi platform relasi.
- Dan yang paling penting, ceritakan hal yang cuma brand lo yang bisa ceritain.
Karena di dunia digital yang penuh noiseini, orang nggak butuh konten baru tapi
mereka butuh cerita yang mereka percaya.
Followers Nggak Akan Jadi Pelanggan Kalau Brand-Mu Nggak Punya Cerita
Like bisa dibeli. View bisa di-boost.
Tapi loyalty cuma bisa dibangun.
Dan itu datang dari kombinasi antara cerita, konsistensi, dan empati.
Kalau brand lo pengen lebih dari sekadardapet engagement,
mulailah cari cara buat bikin audiens ngerasa connected.
Karena di akhir hari, social media marketing yang berhasil bukan yang paling rame, tapi yang paling berarti.
recent news



